Kalau sepintas dilihat dari laut, kampungku tidaklah begitu indah. Tapi jika sudah tinggal disitu untuk beberapa lama, coba2lah untuk melupakannya. Aku yakin tidak bisa. Ada keunikan tersendiri yg membuat kampungku begitu indah dan disenangi oleh para pendatang. Dari makanan, pariwisata dan juga tempat bersejarahnya.
Pelabuhan Sri Bintan Pura
Kantor Walikota - Senggarang
Pelabuhan
Tanjung Buntung
Kantor DPRD Senggarang
Kantor Pengadilan
Tugu Radja Ali Haji
Pelabuhan
Anjung Cahaya
TK Mawar - Jl Mawar
Hotel Daya - Jl Sumatra
Tugu Gurindam 12
Pelantar Tanjung Sebaok
Tugu Anjing Laut
Pelabuhan TPI
Pelabuhan Tempo Doeloe
Tugu Keong
Kampung Ku
Salah satu Tugu di Pelabuhan
Tg. Buntung
TPI dari satelite
Gonggong
Kampong Bugis & Senggarang
Pulau Bayan
TPI dari Bukit Usman
Simpang Jl Teuku Umar
Depan Kedai Kopi Taman Sari
Jl Merdeka
Becak Barang
Depan Kantor POM ABRI
Telok Keriting
Pelabuhan TPI
Pelataran Dragon Boat - Tempat Tai chi
Bea & Cukai TPI
Pelabuhan dari Panorama
Mie Rebus TPI
Laksa
Oleh2 khas TPI
Roti Kirai
SD SMP Katholik
Kedai Kopi Taman Sari
Jl Teuku Umar
Jl Merdeka
Sional dari pelabuhan
Jl Sunaryo menuju Tugu Pahlawan
Akau Ptg. Lembu
Jln. Merdeka
Heikeng
Hotel Sadaap
Hotel Tg. Pinang
AKAU & Hotel TanjungPinang
Pakaian Adat Melayu
Jl Bakar Batu
Panjat Pinang
Ojek Pl. Penyengat
Becak Barang
Pompong ke Pl. Penyengat
TPI dari depan Tg Buntung
Jl. Pasar
TPI thn 1956
SD SMP Bintan
Dari Gedung Daerah
Tourist Map
Durian
Jl Merdeka thn 1875
Ujung Jl. Bintan
Kep. Riau
Gedoeng Daerah 1875
Gedung Daerah saat ini
Simpang Jl Merdeka-Jl Pasar-Jl Mutiara
Jl Pos
Bintan Marina - Gudang Minyak
Kelong dgn latar belakang Kantor Walikota senggarang
Dibawah ini gambar2 sekitar Pl. Penyengat dan Vihara di Senggarang.
Cantiknya foto-foto itu semua. Paling senang dan haru campur sedih lihat foto Pelabuhan yang dulu lebih mashur orang panggil "Bom". Entah bila nama resmi jadi "Sri Bintan Pura". Entah apa pula artinya. Seperti nama tempat-tempat lain ciptaan pemerintah, enak di teliga tapi tak terkenal, maklum cuma dibuat-buat biar dikenang orang nama hasil pemberian oleh si pejabat anu. Bom itu bukan hanya sampai kini masih berfungsi, tapi juga menyimpan banyak kenangan. Entah kenangan manis bulan puasa mancing lebam pakai candit umpan lontong. Kadang itu ikan dipegang meletik pula kena sengat bedenyut ujung jari. Atau kenangan tak indah terpeleset masuk air. Pokoknya kenangan. Orang putih bilang punya "sentimental values" terutama bagi budak-budak Pinang tempo dulu. Nah cakap soal fungsi, memanglah masih berfungsi, tapi cuma sekedar. Di terminal international, tanggapun masih yang biasa tak ada escalator. Kasihan orang-orang tua apalagi kalau harus bawa koper besar. Ruang tunggu tak lebih baik dari ruang tunggunya puskesmas. Toilet bau busuk, air keran lebih lancar kencing budak kecil dan kunci pintu pun lepas-lepas goyang macam gigi nenek-nenek. Kalau di terminal domestik, "ruang tunggu" ya berdiri di pinggir-pinggir dermaga itu juga. Jauh panggang dari api kalau dibandingkan dengan ferry terminal di ibukota-ibukota propinsi di China. Di mana kepedulian pemerintah terhadap sarana umum?
ReplyDeleteDi lain sisi coba tengok kantor DPR dan walikota di Senggarang bukan main, macam nak bersaing dengan istana sultan Brunei atau kompleks Putra Jaya di KL. Siapa bisa nikmati fasilitas di situ selain khusus orang-orang pemerintah. Kalau sarana umum masih aja pakai yang dibuat zama kompeni. Jangankan bangun baru, direnovasi lebih nyamanpun tidak. Tapi kalau buat pemerintah dibangun megah. Sepatutnya pemerintah terus-menerus beri prioritas lebih pada kepentingan umum. Sebab uang negara itu uang rakyat. Pemerintah cuma pengelola. Di Singapore, negara dengan uang berlimpah-ruah, kantor menteripun numpang di gedung-gedung komersial, tak punya gedung sendiri. Selidik punya selidik dapat juga data RAPBD 2007 yang ternyata memang pemerintah lebih prioritaskan sarana dan prasana dia dari pada khalayak ramai. Mentality aneh. Tentunya begitu juga dengan daerah-daerah lain. Kalau sudah begini sampai kiamatpun mana ada "quality life" di Indonesia.